Mengenai Saya

Foto saya
Aziz - Born in 1991, I'm now taking my undergraduate in Gadjah Mada University, Yogyakarta on Chemical Engineering Department. Thanks for visiting my blog. Hope you enjoy it like enjoying a piece of apple pie. You'll love my blog, I promise :)hehee

Sugeng Rawuh

Welcome to the journey...

Search It...!!!

Jumat, 26 Februari 2010

SEKELUMIT BUMBU PAGI By: Sang Pemimpi

Pagi ini ku awali hariku dengan semangatbaru.seperti biasa,agenda mulai ku tata untuk hari ini. Yah... menikmati liburan di kampung halaman serasa kembalimenapaki indahnya liku-liku kehidupan pada itu. Target demi target sudah ku tulis, hanya menunggu langkah untuk mewujudkannya.
Kini hidupku mulai sedikit berubah. Jauh dari orang tua membuatku harus bisa hidup mandiri dan mengerti makna hidup ini. Perjalanan ke depan masih teramat panjang untuk dilalui, masih teramat berat untuk dirasakan, dan juga masih terasa getir untuk dibayangkan.

Memimpikan sesuatu adalah hobiku. Entah darimana ku mendapatkan hobi itu, namun yang pastiadalah setiap hari dan setiap malam selalu saja ada hal – hal yang membuatku mlayang terbang tinggi melampaui batas tertinggi kesadaran & logika manusia. Dalam pikiranku, selalu tertanam motto “ hidup berawal dari mimpi”; dan melalui mimpilah Aku bisa menjadi seperti ini. Hidup dalam kesederhanaan yang nyaman, berjuang tanpa mengenal lelah demi megnejar masa depan yang lebih cerah.
Kini, hatiku berdetak makin kencang. Dadaku seakan tak kuasa lagi menahan kerasnya gempuran hati. Ku rasakan ketakutan dan kekhawatiran yang kian memuncak menjelang masa – masa pengumuman hasil ujian semester. Ku merasa tidak akan mendapatkan hasil cumlaude semester ini,namun ku harus optimis bahwa Aku pasti bisa mendapatkannya. Aku harus membuat orang tua dan semua orang yang membantu dan mendoakanku selama ini bisa tersebyum bangga dengan keberhasilanku yang tentu saja hal itu akan semakin memompa semagnatku untuk terus berprestasi di kancah yang lebih luas lagi. Amien. Lagipula, dalam hatiku terbersitm rasa keyakinan yang begitu besar dan dalam akan kuasa Allah Azza Wajalla bahwa Dia tidak akan membiarkan hamba – Nya yang bertakwa sendirian dalamkesedihan,Dia akan memberikan kenyamanan dan perlindungan dari musuh – musuh – Nya, baik yang terlihat maupun tidak. Semoga Allah meridhoi niatku. Amien,,,,,,
Di Meja Komputer, Ruang Keluarga Pak Catur BWI, 31 Januari 2010 pkl 06.33
Lanjut lagi,,,,,

G tau karang jam berapa yang jelas setelah menempuh perjalanan panjang menyusuri jejalanan Banyuwangi dan sekitarnya hingga Muncar dan berakhir di Pesanggaran membuat tubuhku seakan ingin lepas (to be continued...)

Suasana Klasik itu....


Alhamdulillah, akhirnya sampai juga Aku di Jogja, kota perantauan tercinta. Dengan senyum bahagia ku melangkahkan kaki kembali menapaki lembar demi lembar kehidupan di kota pelajar. Terlebih setiba di pondok, sambutan yang luar biasa dan penuh kekeluargaan sangat ku rasakan dari teman – teman menambah lengkapnya perjalanan hidupku yang sungguh menakjubkan. Yah… inilah hidupku. Berjuang demi meraih cita – cita bersama dengan orang – orang hebat dari pelosok negeri, ku merasa bangga. Di tanah inilah ku bisa benar – benar merasakan perjuangan yang sesungguhnya dan menikmati indahnya kebersamaan dalam kesederhanaan.
Tepat pukul 22.40 WIB, kereta api Sritanjung Jurusan Banyuwangi – Jogja bersandar di tepi peron Stasiun Lempuyangan Jogja. Aku pun segera turun dari kereta setelah sesaat sebelumnya sedikit kecewa karena mimpiku terpaksa terhenti gara – gara dibangunkan secara ;paksa’ oleh petugas kereta api. Meskipun begitu, Aku pun masih sempat bersyukur, ku berfikir bagaimana jika tidak ada yang membangunkan Aku, tentu Aku akan tertidur pulas di kereta dan tidak bangun – bangun kereta api telah terkunci rapat menanti matahari muncul di tepi langit sebelah timur untuk melanjutkan rutinitasnya sehari – hari.
Segera ku menelepon salah seorang temanku yang juga teman sekamar di pondok agar menjemputku. Sambil menanti kedatangan temanku, ku duduk di tepi stasiun bagian depan sambil sesekali menolak dengan halus tawaran tukang ojek yang mencoba menawarkan jasanya. Sesaat ku memutar bola mataku untuk menikmati suasana malam di kota gudeg ini. Namun, entah mulai kapan, kedua bola mataku seakan tidak bisa bergerak kea rah lain ketika ku mengarahkan pandanganku kea rah dalam stasiun, di mana tepat ada seorang perempuan yang putih nan cantik turun dari kereta api yang baru saja datang dari arah barat. Setelah selang beberapa saat, petugas stasiun mengumumkan bahwa kereta yang baru datang tersebut adalah kereta kereta api Mutiara Malam Baru yang berasal dari Jakarta dan berakhir di Jember. Aku pun berfikir bahwa cewek cantik yang umurnya kurang lebih sebaya dengan umurku itu berasal dari Jakarta atau wilayah Jawa bagian Barat. Wajahnya yang sangat elok dan kulitnya yang bersih terawat menandakan bahwa ia adalah anak orang berada. Angan – anganku kembali melayang; kebiasaanku membayangkan sesuatu yang tidak mungkin tiba – tiba terangsang. Bagaimana jika dia adalah pacarku, tentu Aku akan menghabiskan seluruh waktuku hanya untuk melihat dan mengagumi keelokan parasnya. Tiba – tiba khayalanku lenyap seketika ketika seseorang yang juga sedang duduk di sampingku mengajak ngobrol. Spontan pandangan ku alihkan ke arah seorang perempuan paruh baya tersebut dan sedikit membicarakan sesuatu yang menurutku tidak terlalu penting. Mungkin dia ingin mengusir kebosanannya gara – gara terlalu lama menunggu orang yang hendak dijemputnya. Setelah selang beberapa saat, ku coba menoleh ke belakang di mana gadis tadi berada. Sayangnya, dia sudah lenyap entah kemana. Meskipun bola mataku berputar 360 derajat mengelillingi area stasiun, tetap saja tidak bisa ku temukan sang gadis idamanku itu. Bukan jodohku untuk bertemu dan mengenalnya, pikirku dalam hati dengan perasaan sedikit kecewa. Tak lama kemudian ku segera berdiri sambil menenteng tas bawaan karena temanku telah datang menjemputku setelah sebelumnya berpamitan kepada perempuan paruh baya tadi. Setelah bersalaman, ku segera bonceng di belakang dan kami pun meninggalkan stasiun sambil kedua bola mataku tiada henti ‘melacak’ kemana gadis cantik tadi pergi. Namun, hingga jauh dari stasiun tak juga dapat ku temukan, hingga akhirnya ku berfikir bahwa mungkin dia telah dijemput oleh orang teman, saudara atau bahkan pacarnya dan meninggalkan stasiun tanpa sepengetahuanku. Tak bisa ku ku sembunyikan rasa kecewaku sambil sesekali mengumpat diri sendiri dalam hati. Kenapa tadi tidak memberanikan diri berkenalan, kemudian mengajak ngobrol, dan meminta nomor handphone. Entah berapa lama ku bergulat dengan pikiranku sendiri hingga akhirnya temanku mengajak Aku ngobrol ringan sambil menerobos dinginnya angin malam di kota gudeg tercinta.
Di kamar pondok, dekat jendela,01.48 WIB, 4 Februari 2010

Kabar Bahagia dari Jakarta....



Tepat pukul 11.43 WIB, HP-ku berbunyi nyaring. Setelah ku lihat ternyata merupakan telepon rumah. Aku pun berfikir sejenak karena nomor tersebut diawali +6221 yang berarti telepon tersebut berasal dari wilayah Jakarta. Tanpa menunggu terlalu lama, langsung ku tekan tombok dial/OK dan tak lama kemudian terdengar suara cewek yang menyapaku dengan ramah. Sesaat raut wajahku terlihat memerah; tapi bukan karena sedih atau marah melainkan karena bingung bagaimana menyembunyikan rasa bahagiaku karena aku lolos seleksi tahap pertama beasiswa dari SPE. Mbak yang nelvon itu kemudian berkata lagi dan akupun sedikit mengernyitkan kening untuk mencoba memahami maksud perkataan beliau.
Percakapan yang tidak sampai 5 menit itupun berakhir dengan senyuman yang mengembang dari bibirku. “ Ya!! Hari Sabtu Aku harus bisa meyakinkan mereka bahwa Aku pantas mendapatkan beasiswa ini”, gumamku dalam hati menyambut seleksi tahap berikutnya yang berupa interview, namun mengenai waktu dan tempat masih belum tahu karena mbak tersebut berkata akan sesegera mungkin mengirim informasi tersebut lewat e-mail.
Hari ini ku cukup bahagia, walaupun Aku merasa belum optimal, karena disbanding teman – teman yang lain, ku masih belum bisa me-manage diri dengan baik, sehingga banyak waktu terbuang atau terobral dengan sia – sia. Padahal aktu untuk belajar guna mempersiapkan diri menghadapi Ujian Akhir Semester kurang sebulan lagi. Kadang hati ini merasa pilu jika Aku mengingat hal itu. Terlebih bila melihat betapa kurangnya persiapanku dalam menghadapi UTS I, sehingga sebagaian besar nilaiku anjlok.
Sebenarnya, yang selalu berkutat dalam piker dan anganku adalah ketakutan semata. Ketakutan tidak bisa membuat bangga orang tua, sahabat, dan semua orang dan pihak yang telah membantuku hingga ku bisa menjadi seperti ini. Tidak bisa ku bayangkan bagaimana reaksi mereka bila mendengar nilai IP-ku nanti tidak mencapai 3. Tak sanggup ku membayangkan bagaimana jika hal tersebut benar –benar terjadi. “Ya Allah,berilah hamba-Mu ini kemudahan dalam menuntut ilmu di jalan-Mu..Mudahkanlah jalan hamba, berilah secercah cahaya ilmu bagi hamba-Mu ini ya Allah, hingga hamba bisa membuat orang tua,sahabat, dan orang – orang yang selama ini membantu hamba bisa tersenyum bangga,,,Ya Allah tolonglah hamba-Mu yang sering mengeluh ini..Amien”. Demikianlah serangkaian doa sederhana yang setiap hari Aku panjatkan kehadiran-Nya, semoga dikabulkan amien. Hanya doa itulah serta usaha yang tiada henti – hentinya yang menjadi ujung tombak perjuanganku selama ini. Ku merasa bahwa kegagaln selalu membayangiku,,,ya Allah, kuatkanlah diri ini,,,
Tiada lagi berguna mengeuh,yang penting sekaraadalah berusaha bangkit mengejar ketertinggalan. Bagaimanabisa bertahan di atas kerasnya gempuran kompetisi perkuliahan. Namun, ku yakin bahwa semua ini pasti akan sangat berharga bagi masa depanku kelak. Semoga Allah meridhoi jalanku. Amien.
Di tepi kamar Pondok,15.20 WIB