Mengenai Saya

Foto saya
Aziz - Born in 1991, I'm now taking my undergraduate in Gadjah Mada University, Yogyakarta on Chemical Engineering Department. Thanks for visiting my blog. Hope you enjoy it like enjoying a piece of apple pie. You'll love my blog, I promise :)hehee

Sugeng Rawuh

Welcome to the journey...

Search It...!!!

Jumat, 26 Februari 2010

Suasana Klasik itu....


Alhamdulillah, akhirnya sampai juga Aku di Jogja, kota perantauan tercinta. Dengan senyum bahagia ku melangkahkan kaki kembali menapaki lembar demi lembar kehidupan di kota pelajar. Terlebih setiba di pondok, sambutan yang luar biasa dan penuh kekeluargaan sangat ku rasakan dari teman – teman menambah lengkapnya perjalanan hidupku yang sungguh menakjubkan. Yah… inilah hidupku. Berjuang demi meraih cita – cita bersama dengan orang – orang hebat dari pelosok negeri, ku merasa bangga. Di tanah inilah ku bisa benar – benar merasakan perjuangan yang sesungguhnya dan menikmati indahnya kebersamaan dalam kesederhanaan.
Tepat pukul 22.40 WIB, kereta api Sritanjung Jurusan Banyuwangi – Jogja bersandar di tepi peron Stasiun Lempuyangan Jogja. Aku pun segera turun dari kereta setelah sesaat sebelumnya sedikit kecewa karena mimpiku terpaksa terhenti gara – gara dibangunkan secara ;paksa’ oleh petugas kereta api. Meskipun begitu, Aku pun masih sempat bersyukur, ku berfikir bagaimana jika tidak ada yang membangunkan Aku, tentu Aku akan tertidur pulas di kereta dan tidak bangun – bangun kereta api telah terkunci rapat menanti matahari muncul di tepi langit sebelah timur untuk melanjutkan rutinitasnya sehari – hari.
Segera ku menelepon salah seorang temanku yang juga teman sekamar di pondok agar menjemputku. Sambil menanti kedatangan temanku, ku duduk di tepi stasiun bagian depan sambil sesekali menolak dengan halus tawaran tukang ojek yang mencoba menawarkan jasanya. Sesaat ku memutar bola mataku untuk menikmati suasana malam di kota gudeg ini. Namun, entah mulai kapan, kedua bola mataku seakan tidak bisa bergerak kea rah lain ketika ku mengarahkan pandanganku kea rah dalam stasiun, di mana tepat ada seorang perempuan yang putih nan cantik turun dari kereta api yang baru saja datang dari arah barat. Setelah selang beberapa saat, petugas stasiun mengumumkan bahwa kereta yang baru datang tersebut adalah kereta kereta api Mutiara Malam Baru yang berasal dari Jakarta dan berakhir di Jember. Aku pun berfikir bahwa cewek cantik yang umurnya kurang lebih sebaya dengan umurku itu berasal dari Jakarta atau wilayah Jawa bagian Barat. Wajahnya yang sangat elok dan kulitnya yang bersih terawat menandakan bahwa ia adalah anak orang berada. Angan – anganku kembali melayang; kebiasaanku membayangkan sesuatu yang tidak mungkin tiba – tiba terangsang. Bagaimana jika dia adalah pacarku, tentu Aku akan menghabiskan seluruh waktuku hanya untuk melihat dan mengagumi keelokan parasnya. Tiba – tiba khayalanku lenyap seketika ketika seseorang yang juga sedang duduk di sampingku mengajak ngobrol. Spontan pandangan ku alihkan ke arah seorang perempuan paruh baya tersebut dan sedikit membicarakan sesuatu yang menurutku tidak terlalu penting. Mungkin dia ingin mengusir kebosanannya gara – gara terlalu lama menunggu orang yang hendak dijemputnya. Setelah selang beberapa saat, ku coba menoleh ke belakang di mana gadis tadi berada. Sayangnya, dia sudah lenyap entah kemana. Meskipun bola mataku berputar 360 derajat mengelillingi area stasiun, tetap saja tidak bisa ku temukan sang gadis idamanku itu. Bukan jodohku untuk bertemu dan mengenalnya, pikirku dalam hati dengan perasaan sedikit kecewa. Tak lama kemudian ku segera berdiri sambil menenteng tas bawaan karena temanku telah datang menjemputku setelah sebelumnya berpamitan kepada perempuan paruh baya tadi. Setelah bersalaman, ku segera bonceng di belakang dan kami pun meninggalkan stasiun sambil kedua bola mataku tiada henti ‘melacak’ kemana gadis cantik tadi pergi. Namun, hingga jauh dari stasiun tak juga dapat ku temukan, hingga akhirnya ku berfikir bahwa mungkin dia telah dijemput oleh orang teman, saudara atau bahkan pacarnya dan meninggalkan stasiun tanpa sepengetahuanku. Tak bisa ku ku sembunyikan rasa kecewaku sambil sesekali mengumpat diri sendiri dalam hati. Kenapa tadi tidak memberanikan diri berkenalan, kemudian mengajak ngobrol, dan meminta nomor handphone. Entah berapa lama ku bergulat dengan pikiranku sendiri hingga akhirnya temanku mengajak Aku ngobrol ringan sambil menerobos dinginnya angin malam di kota gudeg tercinta.
Di kamar pondok, dekat jendela,01.48 WIB, 4 Februari 2010

Tidak ada komentar: